GARUDATRIBUNE.COM – Samarinda: Lima hari sudah berlalu sejak hilangnya Dewi Fina (25), seorang perempuan muda yang diduga tenggelam di Sungai Karang Mumus, Samarinda, Kalimantan Timur. Harapan keluarga dan masyarakat kini bergantung pada sisa-sisa kemungkinan yang kian menipis, sementara upaya pencarian terus dilakukan tanpa hasil yang pasti.
Dewi Fina dilaporkan hilang pada Senin dini hari (1/4/2025). Seorang warga mengaku melihat sosok perempuan yang terombang-ambing di aliran sungai dekat Jembatan Arif Rahman Hakim dan mendengar suara teriakan minta tolong. Namun, karena situasi gelap dan tidak adanya saksi lain, laporan tersebut baru dikonfirmasi keesokan harinya oleh keluarga korban.
Kami baru tahu Dewi hilang setelah salat Idul Fitri. Langsung kami cari ke mana-mana, tapi keluarga suaminya tidak ada yang bantu. Bahkan kabar dari mereka pun tidak jelas, ungkap Samsudin, ayah korban, saat ditemui Sabtu (5/4/2025).
Kekecewaan keluarga makin mendalam karena pihak suami korban tidak memberikan penjelasan memadai. Sebelum kejadian, Dewi diketahui tengah berjuang melawan depresi akibat masalah rumah tangga. Ia sempat menjalani perawatan intensif.
Harusnya Dewi diawasi terus, itu kata dokternya. Tapi malam itu suaminya malah pergi. Kami tidak tahu lagi apa yang terjadi setelah itu, sambung Samsudin, dengan mata yang sembab menahan duka.
Operasi pencarian resmi dimulai pada Selasa (2/4/2025), melibatkan tim SAR gabungan dengan dukungan armada darat, sungai, dan udara. Namun hingga Jumat (4/4/2025), hasilnya masih nihil.
Kami telah memperluas area pencarian hingga delapan kilometer dari titik awal. Delapan armada kami kerahkan menyusuri sungai, juga menggunakan drone thermal dari udara untuk mendeteksi keberadaan korban, terang Endrow Sasmita, Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Balikpapan, saat ditemui di lokasi pencarian.
Namun, derasnya arus Sungai Karang Mumus dan minimnya saksi mata menyulitkan proses evakuasi. Operasi sempat dihentikan sementara pada pukul 18.00 WITA dan akan dilanjutkan pada Sabtu pagi (5/4/2025).
Sementara pihak keluarga, dibantu warga sekitar, tetap melakukan pencarian secara mandiri. Mereka menyisir tepian sungai dengan alat seadanya, menyusuri kemungkinan jejak yang tertinggal.
Kami cuma ingin dia ditemukan. Dalam keadaan apapun, setidaknya ada kepastian buat kami sekeluarga, tutur ayah Dewi dengan suara lirih.
Lima hari pencarian tak hanya menguras tenaga, tapi juga menekan batin keluarga korban. Kasus ini membuka kembali luka lama soal krisis kesehatan mental, kurangnya perhatian terhadap pasien depresi, dan lemahnya solidaritas dalam lingkaran keluarga.
Pewarta: Indri Paulina
Editor : Rosiani Lutfhi
Copyright © garudatribune.com 2025